Destinasianews - “Tak
gampang kita bisa jadi tuan rumah PON. Terakhir tahun 1961, tuh
saksinya Pak Hanjaya, mantan atlit tenis. Tinggal beberapa bulan lagi ke
tahun 2016. Sayangnya, infrastruktur dan venues untuk 44 cabang
olahraga, belum beres. Belum lagi kemelut KONI Jabar. Ini semua bikin
kita deg-degan. Nah sekarang kita kedatangan Pak Manila”, itu kata Eka
Santosa saat pembukaan rapat terakhir (9/2/2015) jelang seminar sehari
yang bertemakan “Kepedulian untuk Bandung dan Jawa Barat Menyongsong
Peringatan KAA ke-60, PON XlX 2016, dan Asian Games 2018”.
Kesempatan
lain dalam rapat terakhir ini, Ketua Panitia, diwakili Nata alias
Supriadi Nata Sumantri, melakukan dialog tentang makna Kota Bandung
dalam konteks KAA 1955. “Intinya, kami siapa meneruskan apa yang tadi
diungkapkan oleh Kang Eka dan Pak Manila. Intinya, kami selaku generasi
muda siap menerima estafeta pesan moralini”, tambah Hilman Imanudin dari
pihak panitia.
Penutup
rapat terakhir ini, kedudukan Bandung sebagai “ibu Kota Asia- Afrika”,
hendaknya kita renungkan dan wujudkan kembali. “Kami intinya sebagai
masyarakat ingin membantu Walikota Bandung dan Gubernur Jabar untuk
mewujudkan ini sebagai kehormatan bangsa”, tutup IGK Manila dengan gaya
khas kebapakan.
Pantauan
destinasianew.com, hingga pukul 10.15 WIB (10/2/2015), peserta seminar
telah menggodok tema seminar dengan tajam dan menyeluruh. “Jangan lagi
sekedar seremoni yang rutin dari tahun ke tahun nyaris sama. Kesadaran
Bandung sebagai ibu kota Asia-Afrika, harus jadi sikap hidup bangsa
kita”, kata Agum Gumilar, diantara para peserta lainnya.
Rencananya,
pada hari yang sama usai seminar ini pada sore harinya, pada malam
harinya di tempat yang sama akan digelar gathering antara para pengusaha
dengan Walikota Bandung, Ridwan Kamil.”Kebetulan kan, Pak Ridwan Kamil,
pada pagi harinya, sebagai nara sumber pada acara ini. Kami ingin
membantu bersama para pengusaha lainnya”, jelas Hanjaya yang kini
bergiat dalam bisnis kepariwisataan di Jabar. (HS/SA/dtn).
0 komentar:
Posting Komentar